Langsung ke konten utama

Belajar dari jembrana

OLEH : ISNAN *)
Catatan kecil ini saya peroleh dari perjalanan saya ketika KKL di pulau dewata di tahun 2008 yang lalu. Ketika kunjungan ke sebuah kabupaten yang konon merupakan kabupaten terbaik se Indonesia semenjak diterapkannya otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001. Keunggulan kabupaten ini dapat menerapkan system pembangunan yang terarah, efektif, efisien dan terpadu. Kabupaten itu adalah Jembrana dengan ibukotanya Negara. Sudah banyak para pejabat daerah atau anggota DPRD berkunjung ke kabupaten ini, hanya untuk studi banding atau cuma sekedar jalan-jalan (melancong) mampir dari Denpasar.

Pertama kali saya memasuki pagar kompleks perkantoran Pemda Jembrana di sana tercengang dengan terpampangnya dua buah tulisan yang cukup besar yang berbunyi “ ANDA MEMASUKI KAWASAN BEBAS PUNGLI” dan “ KALAU MAU PASTI BISA”. Inilah motto dan semboyan yang menjadi inspirator dan motivator pegawai di kabupaten ini untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab dan pengabdian serta pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Di depan kantor bupati terdapat sebuah mobil dinas Toyota Hardtop tua berwarna hijau dan sebuah sedan tua yang diparkir di samping kantor. Timbul pertanyaan dalam pikiran saya, hari gini kok mobil dinas bupati hanya mobil butut, bandingkan dengan bupati-bupati kabupaten lain di Indonesia yang mobil dinasnya moncer keluaran terbaru dengan harga milyaran.

Kabupaten Jembrana dipimpin oleh seorang profesor yaitu Prof. I Gede Winasa yang dipilih sejak tahun 2000, dan kemungkinan di tahun 2010 ini habis masa jabatan ke-2 sebagai bupati. Disamping sebagai Bupati, beliau masih menjadi dosen di salah satu universitas di Bali.

Secara detail Jembrana adalah sebuah kabupaten di bagian barat Provinsi Bali dengan luas 84.180 Ha atau hanya 14,94 persen dari luas pulau Bali secara keseluruhan, bandingkan dengan luas Kabupaten Musi Rawas yang mencapai 1,2 Juta Ha. Penduduknya di tahun 2007 berjumlah 263.791 jiwa. Mayoritas penduduknya bermata pencarian petani dan peternak karena hanya 7,79 persen lahan sawah dan 92,11 persen lahan kering. Angka kemiskinan di tahun 2000 mencapai 19,4 persen tetapi di tahun 2006 hanya tinggal 8,0 persen penduduk miskin ( Winasa, 2007). Jembrana bukanlah tujuan wisata seperti Denpasar dan Badung yang bertabur wisman dari mancaranegara yang berbahasa asing yang selalu menabur dolar.

Kebijakan revolusioner yang dilakukan Pemerintah Jembrana yaitu melakukan efisiensi di segala bidang. Efisiensi itu dilakukan mulai dari perampingan jumlah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dari 12 dinas menjadi 7 dinas, 2 badan dan 2 kantor. Berbeda dengan kabupaten/kota di Indonesia kalau bisa melakukan pemekaran SKPD sebanyak-banyaknya agar dapat memperbanyak kursi jabatan. Itupun yang berhak menduduki jabatan hanyalah orang-orang tertentu dengan memiliki DUK (Daftar Urutan Kedekatan) dengan penguasa bukan Daftar Urutan Kepangkatan, kinerja dan prestasi kerja yang dijadikan ukuran. Jika demikian adanya maka kita telah melakukan “The wrong man on the wrong place” artinya kita telah melakukan kesalahan bertubi-tubi yang berakibat pada pemborosan anggaran pemerintah.

Di bidang pendidikan Jembrana telah lama memberlakukan kebijakan Program Sekolah Gratis sebelum pemerintah meluncurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program Sekolah Gratis di sana dimulai sejak tahun 2001 yang menggratiskan biaya SPP dari jenjang SD sampai SMA dan dilanjutkan dengan program pemberian beasiswa kepada anak-anak kurang mampu/masyarakat miskin dan anak-anak yang berprestasi secara akademis, mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Dengan kebijakan pendidikan gratis ini angka APK dan APM setiap jenjang pendidikan meningkat pesat sebagai contoh di tahun 2000 APK SMA hanya 48,79% naik menjadi 68,77 di tahun 2006 dan APMnya dari 30,4% menjadi 66,25%. Upaya peningkatan kualitas pendidik pun dilakukan dengan memberikan beasiswa bagi guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1, S-2 maupun S-3 baik dalam maupun luar negeri dan memberikan insentif di luar tunjangan guru yang dihitung dari jumlah jam mengajar, yakni Rp. 5000/jam mengajar serta bonus akhir tahun sebesar Rp 1 juta.

Upaya efisiensi dibidang pendidikan dengan meregrouping sekolah-sekolah yang lokasinya berdekatan untuk menghemat anggaran. Mereka pun memiliki sekolah unggulan atau kajian jenjang SMP dan SMA dengan mengadopsi pola pendidikan SMA Taruna Nusantara, pesantren dan pendidikan di Jepang. Sekolah-sekolah tersebut adalah SMPN Medono dan SMAN 2 Negara.

Kesehatan masyarakat merupakan prioritas pembangunan setelah pendidikan. Pemerintah Jembrana telah melakukan terobosan dengan Program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) dengan mengratiskan biaya kesehatan masyarakat Jembrana. Bukan itu saja, tetapi dilanjutkan dan dikembangkan dengan Program JKJ Paripurna dimana masyarakat dapat menikmati layanan rawat inap secara gratis dan ambulan gratis. Prioritas ketiga yaitu bidang ekonomi, yaitu dengan meningkatkan daya beli masyarakat dan pengentasan kemiskinan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Jembrana telah menggulirkan berbagai program yang bersifat ekonomi produktif, serta membuka seluas-luasnya akses masyarakat terhadap lapangan kerja dan kesempatan berusaha, baik bersifat lokal, regional maupun pasar tenaga kerja di luar negeri.

Tak ketinggalan Teknologi Informasi (TI) juga diaplikasikan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana secara luas. Bupati memiliki ruang khusus TI yang digunakan sebagai media untuk melakukan pengawasan bagi perangkat desa, kecamatan dan kelurahan melalui teleconference. Teknologi ini sama halnya dengan chatting yang biasa digunakan oleh masyarakat biasa. Dengan pemanfaatan teknologi informasi seperti ini, pemerintah daerah telah menghemat biaya belanja perjalanan dinas dalam daerah. Selain itu tender pengadaan barang dan jasa pun telah menggunakan internet, sehingga mempersempit peluang untuk melakukan tindak KKN. Jembrana pun telah menargetkan 200 sekolah (SD-SMA) telah memiliki perangkat lunak untuk mengakses internet secara gratis. Ini merupakan bagian dari program IGOS (Indonesia Go Open Source) yang dikelola J-net atau Jimbarwana Net, milik pemerintah daerah setempat. Sejak tahun 2002 di Jembrana tercatat 81 SD, 100 SMP dan SMA serta 51 kantor desa dan 5 kantor kecamatan telah mengakses internet dengan layanan gratis (Winasa, 2007).

Sebenarnya kabupaten dan kota di Indonesia dapat menjadikan Jembrana sebagai best practice dengan mencontoh kebijakan-kebijakan Jembrana dalam pembangunan. Tetapi banyak pemerintah daerah yang tidak memiliki good will atau kemauan untuk menggunakan pengalaman dari Jembrana ini. Semoga Kabupaten Musi Rawas dapat mengambil pelajaran dari Jembrana demi kesejahteraan dan keadilan masyarakatnya menuju Musi Rawas Darussalam dan meningkatkan IPM yang terpuruk diposisi 15 Provinsi Sumatra Selatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Emas limo untuk Kepala Sekolah

Oleh : I s n a n *) Kepala Sekolah adalah top manager dalam unit terkecil pendidikan yaitu sekolah. Salah satu kunci yang menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya adalah kepala sekolah. Keberhasilan itu dapat dilihat dari beberapa indikator di antaranya adalah nilai ujian nasional (UN), prosentase kelulusan siswa, prosentase jumlah lulusan yang diterima di PTN dan jumlah lulusan yang diserap oleh dunia kerja. Jika indikator-indikator tersebut memiliki prosentase tinggi maka dapat dikatakan bahwa sekolah itu memiliki mutu yang baik. Dengan demikian adanya rasa puas dan bangga yang dirasakan masyarakat dan meningkatnya kepercayaan orang tua siswa untuk menyekolahkan anak di satuan pendidikan tersebut. Keberhasilan kepala sekolah dalam mencapai tujuannya secara dominan ditentukan oleh keandalan manajemen sekolah yang bersangkutan, sedangkan keandalan manajemen sekolah sangat dipengaruhi oleh kapasitas kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri. Tetapi peranan kepala sekolah

Pentingnya Pendidikan Menengah Universal (PMU)

Pendidikan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok manusia yang harus dan terus dipenuhi layaknya kebutuhan pokok secara ekonomi seperti pangan, sandang dan papan. Kebutuhan akan pendidikan terus meningkat dari tahun ke tahun dan senantiasa menyedot anggaran pemerintah semakin besar. Bahkan amanat UUD 45 biaya pendidikan telah dipatok minimal 20 % dari APBN maupun APBD. Makanya pembangunan bidang pendidikan mengalami lecutan yang cepat, hal ini dapat dilihat dari ketersediaan akses dan pemerataan pendidikan yang terus meningkat serta upaya peningkatan mutu. Apa itu pendidikan menengah universal atau PMU, mungkin menjadi tanda tanya di kalangan kita pembaca. Pendidikan Menengah Universal adalah keberlanjutan dari program wajib belajar 9 tahun. Wajib belajar 9 tahun telah diklaim berhasil dan tuntas oleh pemerintah dengan tercapainya APK (Angka Partisipasi Kasar) SD/MI secara nasional 115,33 % dan APK SMP/MTs sebesar 98,20 %di tahun 2010 (Sumber: Kemdikbud 2011). Sedangkan APK SMA/SMK/

Tunjangan guru berbasis DAPODIK

Baru saja tunjangan profesi untuk guru yang sudah disertifikasi cair. Tetapi ada juga yang tidak atau belum cair. Padahal uang tunjangan profesi yang selama ini diidam-idamkan oleh bapak dan ibu guru telah direncanakan untuk menambah dan menambal berbagai kebutuhan seperti biaya anak sekolah, bayar hutang atau untuk bayar kredit mobil, karena sebagian besar gajinya telah habis dipakai untuk pinjam bank. Bagi tunjangan profesinya telah ada direkening bank mungkin itu merupakan kebahagian tersendiri tetapi jika di rekening banknya belum ada alias masih kosong akan timbul berbagai pertanyaan mengapa kok seperti ini padahal tahun-tahun sebelumnya aman-aman saja. Mungkin akan timbul sikap menyalahkan orang lain seperti menyalahkan kepala sekolah, pegawai diknas atau operator yang dianggap tidak becus mengurusi tunjangannya Inilah sekelumit romantika tunjangan untuk pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa kita. Sejak diberlakukannya Permendiknas No 36 tahun 2010 tentang organisasi dan tata ker